Ada enam prinsip pokok dari sistem Austria yaitu sebagai berikut :
- Sistem ini diciptakan dan dipelopori oleh Dr. Karl Gaulhofer dan Dr. Margarete Streicher.
- Sistem ini didasari oleh pandangan bahwa dalam pendidikan itu tidak ada dinding pemisahnya, sehingga hanya ada satu pendidikan, yang meliputi manusia sebagai suatu pendidikan. Jadi tidak mungkin ada pendidikan moral, pendidikan intelek dan sebagainya.
- Sistem ini tidak berpangkal pada bulan latihan, tetapi sebaiknya berpangkal pada anak yang akan diberikan latihan. Oleh karena itu segi-segi pendidikandan kejiwaan anak memegang peran penting, sehingga pelajaran yang diberikan pada anak itu hanya merupakan alat saja untuk membentuk individu. Latihan fisik itu disatu padukan dengan isi yang berbobot perasaan, intelek, kejiwaan dan sikap lahir yang serasi dengan batin.
- Faktor-faktor anatomi, fisiologis, dan kesehatan juga diperhatikan dalam membuat sistem ini, dan dalam membuat jenis-jenis latihannya.
- Jenis senam yang dilakukan oleh mereka diberi keterangan “alamiah”, karena semua keserasian tersebut, terdapat pada alam. Oleh karena itu, senamnya diusahakan mendekati alam. Sikap alamiah ini ditentukan oleh tiga komponen, yaitu (a) bentuk, yang dipengaruhi oleh bentuk badan dan keadaan perototan, (b) perbuatan, yang berisi kemampuan berbuat atau berprestasi, (c) isi, yang ditentukan oleh kecerdasan dan keadaan batin.
- Susunan jam pelajaran dibagi sebagai berikut : (a) latihan pendahuluan, sebagai pengantar dan pemanasan, (b) latihan inti, yang terdiri atas latihan-latihan togok, keseimbangan, kekuatan, dan ketangkasan, jalan dan lari, serta lempar dan lompat, (c) latihan penenangan, yang merupakan latihan penutup.
Cabang olahraga yang populer dan digemari oleh masyarakat belum banyak jumlahnya, yang menonjol pada waktu itu adalah sepak bola, bola keranjang, tenis, tinju, dan renang. Pada waktu itu, olahraga digunakan sebagai sarana untuk memelihara semangat nasionalisme bangsa Indonesia. Misalnya untuk menandingi Netherlands Indische Voetbal Unie (NIVU) didirikan Persatuan sepak Bola Indonesia (PSSI) oleh bangsa Indonesia yang hingga kini terus melaksanakan kegiatannya.
Kekuasaan Belanda berakhir dengan datangnya Jepang pada perang dunia ke-2. Jepang mencoba menarik simpati rakyat untuk bersama-sama mendirikan Asia Timur Raya yang bebas dari penjajahan bangsa barat. Rakyat diajak ikut serta mendukung tentara Jepang dalam perangnya melawan Sekutu. Jepang membuka perang terhadap Amerika Serikat dengan mengadakan pengeboman terhadap Pearl Harbour (Hawai) pada tanggal 8 Desember 1941. Setelah pemboman dilakukan, baru Jepang menyatakan perang secara resmi. Hindia Belanda sebagai sekutu Amerika Serikat mengumumkan pula perang terhadap Jepang, lima jam setelah peristiwa tersebut. Jepang bergerak masuk Asia Tenggara dangan taktik gerak cepat, yang sasarannya adalah Vietnam, Muangthai, Malaya, Philipina, dan Hindia Belanda. Kekuatan Amerika Serikat dengan sekutunya Inggris, Belanda, dan Australia dipusatkan di pulau Jawa.
Perkembangan olahraga saat itu di masyarakat kurang intensif karena kondisi sosial ekonomi yang sangat menekan kehidupan rakyat sehari-hari. Bahkan Organisasi induk cabang olahraga yang ada juga pada umumnya hidup tersendat-sendat. Kemudian Jepang berusaha membangkitakan semangat olahraga dengan mendirikan federasi baru dengan nama “Tai Iku Kai” yang diawasi langsung dan kemudian nama ini diganti dengan Gerakan Latihan Olahraga Rakyat (GELORA). Pembinaan wasit maupun pelatih untuk berbagai cabang olahraga ada, tetapi untuk sekolah, guru-guru olahraga dipersiapkan seperlunya. Alat-alat sangat minim dan pada umumnya fasilitas olahraga tidak bertambah, karena segala daya dan dana diarahkan untuk keperluan pertahanan tentara “Dai Nippon” (Jepang).
Melalui pendidikan olahraga di sekolah, para siswa belajar baris berbaris, perang-perangan dengan senapan bersangkur (tiruan) dan latihan fisik lainnya yang berat dan termasuk gotong royong, menggali lubang -lubang perlindungan, membuat lapangan terbang, dan sebagainya. Demikian pula latihan-latihan disiplin baik di sekolah maupun pada berbagai latihan yang diberikan orang Jepang kepada kelompok-kelompok tertentu membentuk pemuda Indonesia menjadi pemuda yang mempunyai daya tahan tinggi dan siap menghadapi berbagai kesukaran. Hal inilah yang menguntungkan dan sangat membantu manakala bangsa Indonesia menghadapi Belanda yang ingin menjajah kembali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar